Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Judul Buku : The Legends - Jejak Darah Hantu Legendaris Nusantara
Penulis : Jounatan
Penerbit : Visimedia
Penyunting : Fitria Pratiwi
Penyunting Grafis : RNuruli KWM
Ilustrasi Cover : Jeff Thrower, Dmitry Natashin, dan Simon
Bratt
Ilustrasi Isi : Wisnu Mudito
ISBN : 979-065-211-9
Jumlah halaman :
vi+242 hlm
Harga : Rp 45.000,-
Genre : Non fiksi, horor
Sinopsis :
The Legends – JANGAN PERNAH MEMBACA BACA BUKU INI SENDIRIAN,
APALAGI DI MALAM HARI! KARENA KITA TIDAK PERNAH BENAR-BENAR SENDIRI! MEREKA
MASIH DI SINI DAN BERKELIARAN DI SEKITAR KITA.
Suara rintihan tadi
terdengar semakin nyaring dan entah dari mana asalnya, bayangan putih itu
bertambah, semakin banyak. Tidak hanya satu, ada dua, tiga, empat, lima, hingga
tak terhitung lagi. Yang membuat kami membatu di kursi masing-masing, tidak
hanya sosok bayangan putih itu dalam bentuk utuh, ada yang kepala saja, kaki,
tangan, dan badan dengan baju compang-camping. Mereka memang samar, tetapi
cukup jelas untuk dilihat oleh mata. Kesadaran menyergap kami ketika bau amis
dan bunga kantil memenuhi mobil.
-
Empat ghost hunter, Jounatan, Mario, Johan,
dan Bayu mulanya tertarik menyelidiki sebuah urband legend. Dimulai dengan ketidakpercayaan akan cerita
pengalaman mistis Mario, lalu penyelidikan demi penyelidikan itu menjadi candu.
Sedikit demi sedikit kisah-kisah horor mulai mereka kumpulkan. Petualangan dan
penyelidikan mereka lakukan demi memuaskan rasa penasaran.
Apa
saja yang mereka temui saat memuaskan rasa penasaran ini? Tempat-tempat apa
saja yang mereka selidiki? Hantu-hantu apa saja yang mereka temui? Cukup
beranikah mereka menghadapi teror yang muncul saat bertualang?
***
“Bagian inilah yang
tidak akan bisa kulupakan seumur hidupku. Bahkan beberapa minggu pertama, aku
mimpi buruk, seolah-olah kejadian horor itu terulang lagi.” (hlm. 14)
Berpekan-pekan
lalu, iya, berpekan-pekan lalu buku The Legends mendarat bersama Old Death –
The Wild West Journey karya Karl May dan The Bastard Legacy milik Jounatan,
terimakasih untuk Visimedia. Niatnya saya memang ingin mereview The Bastard Legacy, tetapi setelah membaca The Legends,
semuanya berubah jadi gelap dan padangan mengabur. Hoi kenapa jadi pingsan. Ya,
akhirnya saya harus memilih The Legends saja yang harus direview, maaf, bang Jou, The Bastard Legacy saya juga suka kok,
ngikut yang sudah ngereview saja, ya.
Jika
biasanya kita melihat uji nyali di televisi dengan mengunjungi secara langsung
ke tempat-tempat yang mistik, kini kita bisa uji nyali dengan baca buku, sambil
santai dan minum kopi. Sesantai itukah? Nggak, saya aja baca buku ini
siang-siang tetep ngerasa parno, ngerasa apakah “mereka” yang diceritakan di
buku ini punya semacam indra ke enam jadi “mereka” tau kisah “mereka” sedang
dibaca? Bahkan saya berniat berhenti membaca buku ini hanya sampai judul Teror
Hantu Boneka di Bandung, andai saja ini live
show, mungkin saya sudah lambaikan tangan ke kamera, jika semudah itu, ku
ingin akhiri semua, woy Aron kenapa nyanyi! Tetapi, saya juga nggak tenang jika
sebuah buku belum terselesaikan, memang benar, horor juga candu, akhirnya saya
baca pada saat menjelang malam takbiran, kesempatan, suasana lagi ramai dan
saya sedang haid. Dan akhirnya, selesailah.
“Memang benar, urband
legend itu semacam candu. Orang yang terlanjur mendengar atau mengalami hal
yang berkaitan dengan mitos itu akan terus menerus ingin tahu cerita yang
lainnya.” (hlm. 154)
Aura
mistik tentang petualangan Jounatan, Mario, Johan dan Bayu ketika membaca buku
ini diperkuat dengan gambar-gambar ilustrasi yang apik sebagai ganti suara
keras yang mengagetkan ketika sedang menonton film horor, jika biasanya saya
dengan mudah menonaktifkan gambar jika sedang membaca cerita horor di internet
untuk menghindari kaget tiba-tiba, tapi buku berbeda, harus ditutupi sama
kertas. Saya paling “hih” sama gambar Hatake, Hantu Tanpa Kepala yang akhirnya
saya gambar sendiri kepalanya. Sekali lagi, maaf bang Jou. Ada satu lagi gambar
boneka panda, nggak ngaruh apa-apa tapi kemudian baru sadar saya sedang
menggunakan boneka panda milik adik untuk bantalan, untung siang-siang. Untung.
Tetapi
mengenai kesalahan ketik di buku ini, banyak sekali (ketauan suka cari
kesalahan orang lain) dimulai halaman 12 mal Klender, hlm 13 metormini, hlm
57 tebersit, hlm 59 Hjal, hlm 64 tiang pancang ini. (harusnya koma bukan
titik), hlm 77 menimpah, hlm 168 buang air kencing (kurang efektif, kenapa
nggak sekalian buang air kecil?), hlm 222 tertulis “Mario kerap mencium bau
wangi asing” tetapi selanjutnya ada kalimat “tetapi Mario dan Bayu tidak”,
mungkin harusnya yang terakhir itu Johan, bukan Mario, dan beberapa kesalahan
tanda baca seperti halaman 78 belanja,..
The
Legends ini buku serem doang kah, ada lucunya nggak? Namanya buku horor, nggak
ada lah. Ada sih satu kalimat di halaman 174, ini “Aku sedikit risih begitu
melihat beberapa pasangan di area parkir yang gelap.” mungkin maksud penulis
mereka sedang bermesraan, tetapi, saya nangkepnya justru “Cie ini penulisnya
pasti jomblo cie...”, lumayan, salah tangkep malah bikin ketawa, padahal buku
horor, tapi bagian horor kalimat itu jadi inget sendirinya masih jomblo juga
sih. Mungkin Indonesia masih kalah sarana dan prasarana dengan negara maju,
tapi kalo mistis-mistis boleh juga.
Meskipun
saya bacanya siang-siang, tapi ngereviewnya
malem-malem, pakai acara mati listrik juga berkali-kali, gara-gara ada komponen
yang kendur. Atau faktor lain? Jadi, berani baca buku The Legends?
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.