Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Memang benar apa kata buku ini,
imajinasi lebih menakutkan daripada hantu mana pun.
Quotenya
kok kaya Mario Teguh ya. Eh.
Eh bentaran, suka penasaran kalo
ngepost review buku kaya gini suka
ada yang baca nggak ya?
Lanjut.
Maaf Kak Ruwi hehehe sedikit
mencairkan kehorroran ini. Jadi, kita kan udah biasa nih disajikan film-film
horror yang hantunya bakal muncul dengan backsound
yang nyeremin. Terus, gimana kalo sensasi serem menggelitik tengkuk ada
pada sebuah buku? Itulah yang saya rasakan ketika membaca Alias.
ALIAS
Penulis: Ruwi
Meita
Penerbit: Rak Buku
Editor: Mahir
Pradana
Proof Reader: Dewi
Fita
Desain sampul: Dwi
Anissa Anindhika
Tata letak: Erina
Puspitasari
Harga: Rp 49.000,-
ISBN:
978-602-732-301-8
Jumlah halaman:
ii+236 halaman
Dengan pilihan font Calibri,
mendukung sekali untuk menggambarkan
sebuah draft pada jalan cerita ini.
Alur awal terasa sangat lamban kemudian langsung loncat menegangkan dan dialog
antar tokoh terasa tak ada bedanya, bahkan terlalu formal menurut saya, apalagi
bagian Darla dan Jeruk. Mungkin harus ada ciri khas lagi dalam cara berbicara
Darla, sosoknya hanya didukung oleh penggambaran bagaimana sosok Darla oleh Kak
Ruwi sendiri.
And this is the point, keunggulan novel ini adalah penggambaran
atau penjelasaanya, baik karakter melalui apa yang telah dilaluinya termasuk
masa lalu. Termasuk ketika loncatan awal Jeruk akhirnya bertemu dengan dirinya
sendiri, Rinai. Sempet ikut capek juga, ini pindah-pindah mulu? Terus negrasa:
“Aduh kayanya pegel banget deh. Eh darah aduh perih-perih. Lah kalimat terakhir
kok ambigu.”
“Sahabatku yang tak
lagi setia. Dengan menyesal aku mengumpulkan semua dendam di dalam darahku.
Warnanya lebih merah dari darah. Keras melebihi karang. Pada penghujung ajalku,
aku melihat dendam lebih indah dari penantian yang sia-sia. Aku ingin melihatnya
bersamaku.” (ALIAS, hal 3)
Baca novel ini, rasanya? Sedihnya
ada, seremnya ada, senengnya ada. Serem yang paling mendominasi sih, tergantung
juga bagaimana imajinasi pembaca dalam membaca novel Alias. Kalo saya paling
ngerasa serem saat liat IP membaca tulisan:
“Rinai
berteriak.” Bagaimana, imajinasi otak saya sudah keren?
Jika membaca novel karya Kak
Ruwi, sudah yakin pasti tak akan ada penyelesaian alias nggantung. Ya walaupun
semua novel begitu ya, saya rasa? Walaupun ada yang bikin udah selesai, tetep
aja belum. Karena pembaca sendiri yang melanjutkan. Tapi ide ceritanya Kak Ruwi
memang selalu bagus, termasuk Alias ini. Iya sempet ngedumel: “Mak Ruwi narsis
banget bukunya sendiri dimasukin sini. Haha”.
Tapi jadi mikir juga, ini
jangan-jangan kumpulan draft Kak Ruwi
yang stuck lalu disatukan. Itu lho, saya malah jadi penasaran sama buku
karya-karya Jeruk eh Rinai. Ayo Kak Ruwi, jangan-jangan di laptop udah ada draftnya ya? Ngomong-ngomong ada
ketidakkonsistenan nih, tulisan laptop di halaman 167 tercetak miring tapi ada juga yang dicetak biasa, lupa halamannya. Terus aku jadi penasaran sama pembagian lembar hitam nih,
kirain per lima bab atau gimana, tapi kayanya bukan, ya? Totalnya ada delapan.
Oh, atau menyesuaikan ini Alias novel ke delapan, Kak?
Banyumas, 19 Jan. 17
Marfa alias
Kesayangannya Kamuuuuuu
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.