Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Laia seorang budak. Elias
seorang prajurit. Keduanya bukan orang merdeka.
Saat kakak laki-laki Laia
ditahan dengan tuduhan pemberontakan, Laia harus mengambil keputusan. Dia rela
menjadi mata-mata Komandan Blackcliff, kepala sekolah militer terbaik di
Imperium, demi mendapatkan bantuan untuk membebaskan kakaknya. Di sana, dia
bertemu dengan seorang prajurit elit bernama Elias.
Elias membenci militer dan
ibunya, Sang Komandan yang brutal. Pemuda ini berencana untuk melarikan diri
dari Blackcliff, menanggung risiko dicambuk sampai mati jika ketahuan. Dia
hanya ingin bebas.
Elias dan
Laia. Keduanya akan segera menyadari bahwa nasib mereka akan saling silang, dan
keputusan-keputusan mereka akan menentukan nasib Imperium, dan bangsa mereka.
AN EMBER IN THE ASHES
Penulis: Sabaa
Tahir
Penerbit: Spring
Penerjemah: Yudith
Listiandri
Pemeriksa Bahasa:
Brigida Ruri
Penyunting: Mery
Riansyah
Proofreader:
Titish A.K.
Design cover: Aufa
Aqil Ghani
Jumlah halaman:
520 hlm
ISBN:
978-602-74322-8-4
Harga: Rp
115.000,-
***
An Ember in the Ashes seakan menjadi penghilang dahaga saya akan
bacaan fantasi, dimana sebelumnya saya hanya berputar-putar diantara romance dan thriller yang sangat bertolak belakang, novel ini berhasil menjadi
penengah. Oh ya I really recommend you to
read this because the plot is so asdfghjkl fun and enjoyable to read tho.
Then, novel ini dibagi menjadi dua bagian setiap babnya, yaitu Laia
dan Elias. Menceritakan masing-masing perjalannanya sampai dipertemukan di
Blackcliff, dan dalam novel seri pertama ini mereka sama-sama membenci satu
tujuan, Sir Keris Veturia. Iyaaa buku ini ternyata series teman-teman, ah nggak
sabar banget buat baca kelanjutannya. Bagaimana cara Tahir melanjutkan sisi-sisi atau hal-hal lain dari Elias,
Laia, Darin, Helene, Marcus, Teluman, atau Keenan yang penuh dengan rahasia,
bagaimana cerita akan berakhir karena 520 halaman ini baru awal.
Buku ini membuat saya berasumsi, bahwa sebenarnya berapa banyak korban, berapa banyak kesakitan hanya untuk memuaskan hasrat atau keinginan beberapa atau hanya bahkan seorang manusia. Dan juga, apa yang direncanakan sang penulis dengan membolak-balik rahasia masing-masing karakter, yang awalnya saya kira begini, ternyata begitu, yang saya kira hanya jadi datar, justru di lain halaman berubah dan memengaruhi.
Oiya, nemu beberapa kosakata yang
belum saya tahu di sini seperti penyintas, bopeng, cerang, betemperasan.
Kemudian angka setiap bab yang dibentuk romawi dan simbol Izzat, simbol untuk
kekuatan, kehormatan. Harga diri namun menjadi simbol kebebasan.
Fanart Izzat
“Kami bukan anak-anak
lagi, yang saling mentertawakan rahasia yang kami bagi. Kami takkan pernah
menjadi anak-anak lagi.” – Elias, 134.
“Tapi, aku tahu
kematianku takkan membebaskanmu. Takkan memberimu ketenangan. Kau bukan orang
yang membunuhku. Aku yang memilih
untuk mati. Karena aku lebih suka mati daripada menjadi sepertimu. Aku lebih
suka mati daripada hidup tanpa belas kasihan, tanpa kehormatan, tanpa jiwa.” –
Elias, 487.
“Jangan biarkan rasa
takut menabur benih keraguan dalam dirimu. Ketika rasa takut mengambil alih,
gunakan satu-satunya hal yang lebih kuat, lebih sulit dihancurkan, untuk
melawannya: semangatmu. Hatimu.” – Teluman, 490.
“Kematian murid
biasanya tak membuatku terpukul seperti ini. Seharusnya tidak begitu – Malaikat
Maut bagaikan teman lama. Dia berjalan bersama kami di Blackcliff pada titik
tertentu. Namun, menyaksikan kematian Barrius terasa berbeda.” – Elias, 51.
Saya juga diberi kesempatan bertanya
beberapa hal pada Mrs. Tahir loh, sayangnya karena doi sibuk jadinya cuma jawab
satu pertanyaan, berikut pertanyaan dan jawabannya:
Q: I always believe that this
world is full of illusions but literary works are the most beautiful illusions,
then, what are the things that bring you to write this book and what do you
hoped for through the book?
A: “As I explained above, I was
inspired by real world events. But I have always loved writing and telling
stories. I think stories are a vehicle through which we can develop empathy and
compassion for others. As for my hopes—I have only one: I hope readers will
take away from the book the idea that hope is stronger than fear, and stronger
than hate.”
J: “Seperti yang kujelaskan di
atas, aku terinspirasi dari kejadian di dunia nyata. Aku selalu menyukai
menulis dan menyampaikan cerita. Aku pikir, cerita adalah sebuah kendaraan yang
kita bisa mengembangkan empati dan kasih sayang untuk orang lain. Tentang
harapanku—aku hanya punya satu: Aku harap pembaca bisa mengambil dari buku
tersebut gagasan bahwa harapan selalu lebih kuat daripada ketakutan, bahkan lebih
kuat dari kebencian.”
Bhaaaak! Keren banget, serasa
ingin homina-homina sambil salto! Oh iya, nanti akan ada blog tour An Ember in
the Ashes di blog ini dan juga di blog-blog di bawah ini, psssst, mereka juga
punya masing-masing pertanyaan yang ditujukan ke Ms. Tahir loh, penasaran? Eh
nggak cuma itu, ada puzzle-puzzle yang harus kalian kumpulkan juga. Yaish, mari
berpetulang!
*
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.