Daftar Isi Postingan [Tampilkan]
Berjalan lebih jauh, menyelam lebih dalam, jelajah semua warna. Begitulah kata Banda Neira, dan pas banget saya udah mulai kuliah lagi. Alhamdulillah. Lagi-lagi mau ngomongin sastra sebagai seorang penikmat, terus nih, pernah nggak sih kalian membaca karya sastra yang begitu menggebu-nggebu, begitu dalam, gelap atau sampai-sampai jadi ikutan ngerasa depresi? Di situlah letak indahnya.
Pas kelas prose kemarin, mbahas satu cerita pendek dengan judul Trifles, dan emang dalam menelisik karya sastra emang butuh baca berkali-kali biar ngerti apa maksud dari sang penulis, kan kebanyakan juga masih hanya melihat permukaanya aja, jadi ibaratnya seperti laut.
Sastra juga mengajarkan saya tentang pilihan, choose your fights wisely, menjadi biasa yang tak biasa, sedikit yang banyak, lagi-lagi bener-bener buat memilih yang penting buat diri sendiri. Rasanya kalo tenggelam di dunia sastra emang enaknya ditenggelamin sedalam-dalamnya, tersesat-sesat nya saja agar tahu indahnya bagaimana.
Belum lagi, kadang sastra jadi bikin bertanya-tanya apa aja, mendadak aja satu per satu muncul dan mikir-mikir-mikir sampai pada ujung bahwa semua yang ada adalah ketiadaan, dan pada akhirnya bukan apa-apa. Dari sini saya menyimpulkan semuanya memang ilusi, namun sastra tetap ilusi, atau ketiadaan yang indah dan juga dingin. Ih serem ya? Nggak ah. Hihi.
Kemarin juga saya abis nonton teater, dalam teater itu diceritakan saat mereka datang ke panggung tujuan dan mengalami kekalahan yang menggembirakan. Mereka menemukan berbagai macam kata-kata, yang sederhana-pun bisa menjadi rumit. Pun sastra yang terdiri dari ribuan kata, suka penasaran nggak sih hal sedalam apa mereka melalui keputusasaan dan pergolakan batin mereka sendiri sebelum membuat suatu karya sastra yang luar biasa? Dalam sastra saya menemukan paradoks, menemukan ketiadaan, menemui diri sendiri, menemui seseorang. Sastra adalah senjata, sastra adalah bentuk protes, kecaman, sastra adalah keindahan, dan sastra adalah kehidupan.
Muisi dulu yuk -> Him
Kemarin juga saya abis nonton teater, dalam teater itu diceritakan saat mereka datang ke panggung tujuan dan mengalami kekalahan yang menggembirakan. Mereka menemukan berbagai macam kata-kata, yang sederhana-pun bisa menjadi rumit. Pun sastra yang terdiri dari ribuan kata, suka penasaran nggak sih hal sedalam apa mereka melalui keputusasaan dan pergolakan batin mereka sendiri sebelum membuat suatu karya sastra yang luar biasa? Dalam sastra saya menemukan paradoks, menemukan ketiadaan, menemui diri sendiri, menemui seseorang. Sastra adalah senjata, sastra adalah bentuk protes, kecaman, sastra adalah keindahan, dan sastra adalah kehidupan.
Muisi dulu yuk -> Him
Tidak ada komentar
Halo, terima kasih sudah berkunjung!^^ Mohon klik 'Notify Me/Beri Tahu Saya' utk mengetahui balasan komentar via email.